Kamis

METODE FOXFIRE

           Siswa sekolah lanjutan tingkat pertama merupakan individu yang berada pada masa remaja awal, yang mempunyai cita-cita / keinginan berbeda-beda khususnya dalam hal pemilihan sekolah lanjutan. Untuk itu, informasi sekolah lanjutan tintgkat atas perlu diberikan kepada mereka sebagai dasar untuk menetapkan keputusan mengenai pilihan masa depan. Hal ini didasari pilihan sekolah lanjutan di Indonesia yang semakin banyak, yaitu SMA, SMK, dan MA.
Pada umumnya konselor memang lebih banyak menggunakan metode ekspositori, yaitu hanya menerangkan tentang macam-macam sekolah lanjutan, kemudian siswa datang ke ruang BK untuk konsultasi tanpa mengetahui sekolah yang akan mereka pilih secara mendalam dan menyeluruh. Hal ini yang menimbulkan kebingungan para siswa. Padahal pengetahuan tentang sekolah lanjutan merupakan salah satu faktor yang ada pada diri siswa yang dapat mempengaruhi terbentuknya pola kecenderungan arah pilihan jabatan.
Metode foxfire merupakan metode penugasan atau pemberian tugas kepada siswa untuk melakukan kajian kemasyarakatan ke suatu daerah, kemudian hasil kajian itu disusun dalam bentuk tulisan singkat, dan akhirnya diterbitkan dalam bentuk laporan. Dalam kegiatan ini, siswa diberi tugas untuk mengamati secara langsung segala aktivitas dan fasilitas yang dimiliki sekolah atau dengan datang langsung ke sekolah yang mereka inginkan, dengan hanya mengamati atau mewawancarai siswa atau personil sekolah tersebut. Kemudian hasil pengumpulan data tersebut, dijadikan tulisan singkat atau laporan singkat, yang akhirnya diterbitkan melalui media online, yaitu blog.
Pada tahun 1960-an, seorang guru Bahasa Inggris di Clayton County, Georgia (Amerika Serikat) berusaha mengajarkan mengarang yang lebih relevan kepada para siswanya dengan cara melibatkan mereka dalam kegiatan studi tentang daerah pegunungan di wilayah itu, yakni tentang masyarakat dan adat-istiadatnya. Hasil karya para siswa itu kemudian diterbitkan oleh sebuah majalah. Para siswa menamakan cara ini dengan istilah foxfire, setelah para siswa berhasil menulis karangan tentang keindahahan bunga pegunungan di daerah itu. Para siswa menyambut cara ini dengan penuh semangat. Mereka secara aktif mengumpulkan data dan membuat karangan tentang apa yang mereka temukan di daerah itu. Penerbitan hasil karya mereka telah memberikan dorongan kepada mereka untuk bekerja dengan keras, bekerja sama untuk mencapai hasil yang bermanfaat. Sejak itulah banyak penerbit yang membukukan hasil karya siswa, dan sejak saat itu foxfire banyak ditiru oleh berbagai proyek, tidak saja di Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia. Foxfire telah mengubah data yang telah terkumpul menjadi karya yang dapat disumbangkan dalam bentuk informasi yang berharga tentang daerah itu, dan telah mendorong siswa untuk bekerja keras, baik dalam pengumpulan data maupun dalam penulisan karangan yang akan diterbitkan. 
Jadi, metode foxfire dapat juga digunakan dalam bidang pendidikan terutama bidang Bimbingan dan konseling. Dalam hal pemilihan sekolah lanjutan, metode foxfire merupakan metode penugasan untuk melakukan pengamatan secara langsung ke sekolah-sekolah lanjutan yang kamu inginkan, lalu hasil pengamatan itu disusun dalam bentuk tulisan singkat, dan kemudian diterbitkan ke dalam blog.



Langkah-langkah memilih sekolah lanjutan dengan metode foxfire: 
  1. Memilih sekolah yang kamu inginkan (boleh lebih dari 1).  
  2. Merancang pedoman observasi dan wawancara (dengan berpedoman pada 5W+1H). 
  3. Terhadap setiap sekolah yang dipilih, fokuskan pada 1 hal yang ingin kamu observasi dan siapa yang ingin  kamu wawancarai! Misalnya, mengobservasi fasilitas dari sekolah tersebut atau sistem pembelajarannya saja dengan mewawancarai wakil kepala sekolah bidang sarana & prasarana atau wakil kepala sekolah bidang kurikulum atau siswanya saja. Kemudian gunakan pedoman yang telah kamu buat. 
  4. Mengunjungi sekolah yang kamu inginkan dengan berpegang pada pedoman observasi dan wawancara. 
  5. Menulis hasil observasi atau wawancara ke dalam sebuah tulisan singkat (esai). 
  6. Memposting hasil tulisan tersebut ke dalam blog. 
  7. Menindaklanjuti komentar para follower.

Rujukan:
Suparlan. 1987. Modul-modul Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Kurikulum dan Pengajaran, (Online), (http://www.suparlan.com/pages/posts/foxfire-metode-mengajar-yang-mengasikkan-menyenangkan-dan-menghasilkan93.php), diakses 26 Januari 2011.